Jumat, 12 September 2008

puisi

AKU

Kalau sampai watuku
Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu seduh sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang,menerjang luka
Dan bias ku bawa berlari,berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi




MENYESAL

Pagiku hilng sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
Akh,apa guna kusesalkan
Menyesal tua tidak berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda ku harapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju kearah padang bukit






PAHLAWAN TAK DIKENAL

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur,saying
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata,kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tau untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring,tapi bukan tidur,sayang

Wajah sunyi setengah tengadah
Menggapai sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November,hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang tampak,wajah-wajahnya sendiri tak dikenalnya

Sepuluh tahun lalu dia terbaring
Tapi bukan tidur,saying
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata,aku sangat muda

Tidak ada komentar: